Sabtu, 28 Juni 2014

0

Late (Cerpen)


Lo cantik, Ann…

Kemal
24-05-2012
20:06:55


“Aaargghh!”

Gadis berambut panjang sepinggang itu mengerang kesal. Membanting ponsel buatan cinanya ke atas kasur. Lantas ia sendiri melompat ke atas spring bed itu. Melompat-lompat dan berteriak seperti orang gila.

Faktanya, masalah yang ia hadapi kali ini membuat kewarasannya luput. Ia terus berteriak. Kebetulan sekali Ayah dan ibunya sedang tidak ada. Tidak ada yang menduga ia stress dan gila beneran. Tidak akan ada yang langsung membawanya ke psikiater karena aksi anehnya ini.

“Semuanya fix salah gue!”

Dan tiba-tiba saja ia berhenti melompat.Berhenti teriak juga. Ia terduduk lesu di atas tempat tidur ber-bed cover merah marun itu. Tertunduk dalam. Menekuk lututnya dan membenamkan wajah di baliknya. Gadis yang masih mengenakan dress selutut itu tiba-tiba saja menangis. Tersedu sedan.

Bayangan itu terus terputar. Bayangan yang beberapa jam  lalu sebelum ia pulang dari acara Prom Night sekolah itu berlangsung. Bayangan ketika sosok yang selama ini selalu ia puja, yang selalu ia dambakan, yang –bagaimana pun juga—pernah hadir  dan menceriakan hidupnya, telah mematahkan hatinya. Merobohkan menara harapan yang sudah ia bangun dengan begitu indah.

*
-Flashback-

“Anne...”

Ia berbalik saat suara yang begitu ia kenal jelas itu menyapa gendang telinganya. Suara orang yang selalu membuat aliran darahnya berdesir dengan cepat. Orang yang selalu membuat jantungnya berdetak tak karuan. Sebelum ia berbalik untuk menengok ke arah orang itu, ia menarik nafas dalam-dalam. Menstabilkan detak jantungnya dan sedikit merapikan penampilannya. Gadis yang biasanya anti make up itu rela dandan mati-matian hanya untuk orang yang baru saja memanggil namanya.

“Ha—”

Suara Anne tercekat.  Tangannya menggantung di udara begitu melihat apa yang jadi focus pandangannya. Penampilan Kemal—orang itu—yang jauh lebih tampan dari biasanya, yang membuat ia sadar kalau ia memang telah jatuh cinta pada laki-laki pecinta music itu. Tapi, ada yang membuat ia benar-benar tidak mengerti. Siapa gadis bergaun ungu yang saat ini berdiri di sampingnya?

“Hei! Bengong aja, lo. Terkesima ya, liat gue?” narsisnya. Ia membenarkan kerah jas hitamnya. Penampilannya malam ini sungguh mengagumkan. Karena di mata Anne ia selalu mengagumkan.

Anne menurunkan tangannya dan memandang Kemal yang sudah berdiri di hadapannya. Dengan gadis cantik bergaun ungu tentunya. Gadis itu tersenyum ke arahnya dan ia membalasnya sekilas. Lantas kembali memandang Kemal. Meminta penjelasan siapa gadis yang saat ini berdiri di hadapannya.

“Ini cewek baru gue, Ann. Yang waktu itu pernah gue bilang gebetan gue. Dia pasangan gue di prom sekarang.” Dengan bangga Kemal merangkul gadis itu. “Namanya Nesa.”

Untuk sepersekian detik, Anne terdiam. Ada yang menusuk relung hatinya yang paling dalam. Membuat dadanya sesaat saja seperti kehilangan udara.  Sebelum akhirnya Kemal memegang bahunya. Menarik kembali kesadarannya yang hampir hilang.

“Lo kenapa, sih?” tanya Kemal heran. Ia cukup kaget melihat mata beriris hitam kelam seperti malam milik Anne  itu berkaca-kaca.

“Gue… gue mau pulang. Gue gak jadi ikutan prom…” Sejurus kemudian, Anne berbalik. Tanpa menoleh kembali ke arah Kemal dan juga Nesa, ia segera berlari.Berlari dan berlari. Air matanya sudah tumpah. Make up yang sudah tertata rapi di wajahnya hanya untuk Kemal, berantakan. Semuanya yang ialakukan hanya untuk Kemal menjadi kacau. Sekacau hatinya.

Bukankah ia begitu berharap bahwa ialah yang menjadi pasangan Kemal malam ini? Semuanya memang salahnya. Salahnya karena terlalu berharap. Berharap bahwa Kemal akan mencintainya. Dia tidak pernah menduga kalau gebetan yang dimaksud Kemal ternyata bukan dirinya. Semua memang salahnya. Salahnya karena kepercayaan dirinya yang terlalu over.

“Loh, lo gak sama Anne?”

Kemal mengernyit begitu mendengar pertanyaan Melly, sahabat Anne. Ia menggeleng saja. “Tadi…”

“Ke mana sih, dia. Katanya Dia bakal dandan habis-habisan buat lo. Dia bakal tampil secantik mungkin di depan lo. Tapi kok jam segini belum dateng,  ya? Penasaran aja sih gue, orang polos kayak dia gimana sih kalo pake make up?” potong Melly tanpa mendengar kelanjutan kalimat Kemal.

Sekilas Kemal memandang Nesa yang tampak kecewa. Kemudian tertegun. Lama. Ia mulai menyadari kenapa tadi Anne tampak berkaca-kaca dan langsung memutuskan untuk pulang. Ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia tidak bisa sepeka itu padahal sudah hampir satu tahun ini ia dekat dengan Anne.

“Anne cinta sama kamu, Kemal.” Suara lembut Nesa  menyadarkannya. Tapi sedikit pun ia tidak merespon.

*

-FlashbackEnd-

Dengan nanar Kemal memandang ponselnya. Suasana dingin taman sekolah sungguh serasi dengan kondisi hatinya. Sudah satu setengah jam yang lalu setelah ia memutuskan untuk membebaskan diri dari keramaian, ia memutuskan untuk menyendiri di taman sekolah ini. Sayup-sayup suara pengisi acara terdengar. Dan itu membuat hatinya semakin terasa gaduh. Apalagi mengingat sudah satu setengah jam ini pula Anne tidak membalas pesannya.

Ia mendesah keras-keras. Semuanya memang salahnya. Salahnya yang tidak bisa peka dan membaca sedikit gerak-gerik sahabatnya itu. Tiba-tiba saja ia merasa ada sesak yang menghujam dadanya. Ia tidak pernah tahu kalau Anne mencintainya. Ia tidak tahu kalau Anne begitu berharap ia menjadi pasangannya malam ini. Ia tidak pernah tahu kalau Anne rela menggunakan make up hanya untuk terlihat cantik di matanya. Dan sungguh ia menyesal tidak pernah menyadari itu.

Drrt… drrrt .. drrrtt…

Langsung saja Kemal menatap layar ponselnya dan membaca isi pesan itu.

Gue emang cantik. Tapi mau cantik gue ngalahin Marry Jane juga lo udah jadi miliknya Nesa.
Menara harapan gue udah runtuh. Lo langgeng ya sama Nesa.

Anne
25-05-2012
21:33

“Kemal?”

Segera Kemal memasukan ponselnya ke dalam saku jasnya dan menoleh ke arah kanannya. Nesa sudah berdiri di sampingnya. Terlihat lelah dan bosan. Ia jadi merasa bersalah melihat gadis yang setelah hampir satu tahun ini dikejar-kejarnya dan baru dua hari yang lalu berhasil ia dapatkan. Bagaimana pun juga, Kemal sudah terlanjur mmencintai gadis di sampingnya itu.

“Aku gak apa-apa kok kalau kamu…”

“Aku gak akan pernah ninggalin kamu, Nes.” Kemal berdiri, meraih tangan Nesa. Menggenggamnya. “Kita pulang aja,” ajaknya. Dan mereka berjalan beriringan dalam diam.

Terlambat. Semuanya terlambat. Anne terlambat mengungkapkan dan Kemal terlambat untuk menyadari semuanya. Sehingga mereka hanya bisa membiarkan kisah tentang hati ini harus berlalu.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Yuukk follow me!

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Nae
bandung, jawa barat, Indonesia
Lihat profil lengkapku

i crazy with this song