Senin, 07 Januari 2013

0

Kisah Usang Yang Selalu Abadi



Pergilah resah... pergilah gundah...

Waktu yang berjalan telah membawaku menyusuri lembar demi lembar kisah ini. Kisah biasa yang mungkin banyak terskenario di chanel-chanel televisi, atau tergores oleh tinta-tinta penulis novel. Biarlah, aku tidak peduli mirip cerita sinetron yang mana kisahku ini. Yang aku tahu, meski aku cukup mahir mendramatisir keadaan, masalah hatiku tak sedikit pun kudramatisir. Karena aku tahu aku tidak sedang belajar sastra saat ini.

Aku tidak tahu. Apa aku kembali ke masa lalu atau kembali menyambut masa lalu itu. Kenangan yang pernah kutanam, tumbuh kembali, terpupuk sehat dan mengakar lebih kuat. Membuatku lagi-lagi merasakan bagaimana sesaknya dia yang dinamakan rindu. Atau mungkin dua kali lipat lebih sesak. Tapi tak bisa kupungkiri kalau kenangan itu juga sukses membuat aku tersenyum dan tertawa seperti orang yang posisi otaknya agak bergeser sedikit. Ahh ....

Yang  kuingat tentang dirimu, tentu namamu. Namamu yang unik, panggilanmu yang asing dan ejekanmu yang selalu membuatku tertawa. Tapi yang paling aku ingat tentu senyuman manismu. Senyuman dari bibir yang selalu tampak merah seperti dioleskan lipstik itu. Ish, betapa aku merindukan sosok kamu. Kamu yang menurut aku sangat sempurna. Kamu yang membuat aku seperti memiliki sayap saat pertama kali melihatmu di balik gerbang sekolah tetanggaku waktu zaman SD dulu.

Percaya atau tidak, kamu memang ahlinya membuat keterpanaan.Paling tidak di mataku. Semua tentangmu selalu membuatku seperti terseret ombak paling lembut, terombang-ambing di tengah laut keindahan. Yang kulihat hanya indah, indah dan indah. Yang kusuka tentu gayamu yang selalu tampil rapi. Cara kamu berpakaian, caramu berjalan, caramu menulis, caramu duduk. Ahh, tapi yang paling kusuka tentu saat kau mengenakan pakaian kompeni Belanda itu. Si Biru yang selalu membuatmu terlihat gagah. Kau berbaris dengan pasukan Marching Band yang congkak-congkak itu. Haha...

Aku bersyukur pernah mengenalmu, menuai sebuah ikatan pertemanan denganmu meski tidak abadi.
Ya, itu hal pertama yang mestinya harus kusyukuri. Karena merangkai cerita yang mungkin terlampau biasa untuk dirimu, namun sangat maha indah untuk diriku itu adalah karunia Tuhan yang telah  dijatahkan atas diriku. Terimakasih kau mau menuangkan sedikit tintamu ke dalam lembaran kisah hidupku. Itu akan menjadi goresan tinta paling indah dan paling kekal yang tidak akan pernah terhapus dalam kertas hatiku.

Kamu tahu gak? Kenal dengan dirimu itu memang syukurku yang paling utama. Tapi ada yang harus lebih kusyukuri lagi. Yaitu aku mencintaimu dan mampu bertahan hingga sampai sekarang ini.Yang aku tahu, menjaga rasa ini tidaklah semudah satu tambah satu. Tidak segampang membaca alif, ba, ta, tsa. Karena terkadang aku merasakan nyeri hingga rasanya ingin menyerah dan mencari cara untuk melupakanmu atau bahkan membencimu. Tapi juga tidak sesulit menghafalkan rumus matematika, fisika dan kimia. Tidak serumit belajar nahwu dan shorof. Karena aku tahu kalau perjuanganku yang didasari dengan ketulusan ini lebih kuat dan hebat untuk mengalahkan rasa nyeri itu. Hahh, kau tidak pernah tahu ada gadis sesuper aku yang begitu mencintaimu. Harusnya kau bangga dicintai hingga segila ini.

Kau jauh... entah berapa ribu kilo meter jarak yang memisahkan aku dan dirimu...

Dalam ketidakwarasan, aku selalu berandai kencang. Andai aku bisa seperti Hermione Ganger yang memiliki Jam pembalik Waktu, sehingga aku bisa kembali ke masa lalu. Memperbaiki segala kesalahan yang pernah aku perbuat sehingga kamu tidak menjauh seperti ini. Seperti sekarang ini. Tapi bahkan aku tidak pernah ingat apa salahku padamu. Mungkin memory otakku masih ukuran kilo byte sehingga untuk mengingat itu saja rasanya sulit. Karena tentu yang kuingat dan kusimpan dalam memory otakku yang kapasitasnya kecil ini hanya kata AKU MENCINTAIMU.

Aku tidak ingat sejak kapan kamu menjauhiku. Tapi saat aku sadar, rasanya sangat menyakitkan. Menyakitkan sekali! Aku ingat, saat lebaran tahun kemaren, saat aku bertemu denganmu, kamu hanya tersenyum saja. Dan bibirmu tidak semerah dulu saat kita masih berteman baik. Tak ada basa-basi seolah kita tidak pernah kenal dekat. Padahal dulu kamu yang paling rajin loh, nyontek PR matematikaku, kamu yang paling semangat  nawarin jawaban tugas Bahasa Inggrisku sama teman-temanmu sampai bukuku lecet ditarik ke sana-ke mari, kamu yang paling sering duduk di mejaku sambil nyanyi-nyanyi. Ya Tuhan, bahkan aku masih ingat lagu apa saja yang selalu kamu nyanyikan saat itu.

Aku juga pernah rasain yang lebih sakit. Sakit seperti ditikam pisau saat tahu sahabatku berhubuhangan denganmu. Ah, aku lupa kalau sahabatku memang yang selalu paling unggul dariku. Jadi wajar saja kamu mencintainya. Tapi sudahlah, aku tidak terlalu mempermasalahkan itu. Meski mendapat kabar kamu yang sudah sejak SD aku cintai, berhubungan dengannya itu adalah hal yang menyakitkan hati seumur hidupku. Tapi tentu dijauhi dan dimusuhi tanpa alasan adalah hal yang membuatku lebih rapuh.

Kenapa ya kamu seperti itu kepadaku? Tentu hanya kamu dan Tuhan yang tahu...

Mencintaimu memang membuatku tumbuh menjadi sosok yang kuat, yang sabar, yang ikhlash dan tentu tulus. Aku kuat saat kamu jauhi aku, aku sabar saat kamu terang-terangan ganti nomor handphone hanya karena aku tahu nomormu, aku ikhlash saat kamu memilih mengisi hati sahabatku ketimbang hatiku, dan aku tulus mencintaimu sampai sekarang meski perih ini terasa ngilu hingga hatiku yang paling dalam. Karena aku tahu Tuhan telah membuat hatiku seteguh ini untuk mencintaimu Tuhan telah menciptakan hati paling kokoh yang mampu bertahan hingga selama ini, untuk menyimpan aman namamu.

Aku tidak pernah peduli kamu seperti apa padaku, kamu seperti apa di mata orang lain, aku tidak pernah peduli bukan karena cinta telah membutakan mata hatiku. Tapi karena cinta sudah membuka mata ini lebar-lebar agar aku bisa melihat kamu dari berbagai sisi. Melihat segala kurangmu hingga jika (lagi-lagi berandai) suatu saat nanti kamu menjadi milikku, aku yang akan menambal segala kekuranganmu dengan kelebihanku yang hanya sedikit ini.

Heii, kamu yang saat ini jauh di sana. Kamu yang saat ini entah sedang apa. Bisakah kamu mendengarkanku? Mendengar aku yang terlalu pengecut ini untuk bercerita banyak hal. Bercerita tentang seorang gadis yang dulu selalu intipin kamu latihan pramuka tiap hari sabtu. Seorang gadis yang pura-pura pergi ke koperasi madrasah hanya untuk lihatin kamu main bola sepulang mengaji. Seorang gadis yang yang diam-diam suka ikut meringis saat kamu dapat hukuman.  Dia yang selalu rajin nyiptain rangkaian puisi buatmu. Dia yang tanpa ada yang tahu, menyimpan banyak foto kamu di bawah kolong ranjangnya. Dia yang saat ini begitu merindukanmu. Dia yang selalu pura-pura tegar dan kuat menyimpan rasa menyiksa itu. Dia gadis bernama Aku. Aku yang sangat mencintaimu.

Aku selalu berharap kamu  cepat kembali. Bukan untuk tersenyum kepadaku karena bibirmu tampaknya sudah kehilangan gincu merah itu. Tapi untuk sedetik saja aku tatap hingga rindu ini cukup terobati.

Biar aku menjaga hati ini.Perasaan ini. Hingga Tuhan mengambilnya dengan membiarkanku mati rasa.

Ana Uhibbuka.... Abadan...

Total Tayangan Halaman

Yuukk follow me!

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Nae
bandung, jawa barat, Indonesia
Lihat profil lengkapku

i crazy with this song